Rabu, 01 Mei 2013
ABPI (Alat bantu
penangkapan ikan)
Alat
Bantu Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut ABPI, adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan ikan dalam kegiatan penangkapan ikan.
Alat
Bantu Penangkapan Ikan terdiri dari:
a.rumpon;
dan
b.lampu;
(1)Rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan
dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat
yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.
(2)Rumpon terdiri dari:
a.rumpon
hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi
dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus; dan
b.rumpon
menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan
jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari:
1)rumpon
permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan
di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis; dan
2)rumpon
dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di
dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal.
(1)Lampu
merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan
pemikat/atraktor berupa lampu atau cahaya yang berfungsi untuk memikat ikan
agar berkumpul.
Sebelum teknologi electrical light berkembang
dengan pesat seperti sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai belahan dunia
menggunakan cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pada awalnya
penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya terbatas pada
perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti perikanan pukat
pantai, sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya.
Namun,
seiring dengan berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri,
pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu
penangkapan ikan pada perikanan purse seine, bagan, stick held deep nets, dan
lain-lain.
Penggunaan
cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali dikembangkan di
Jepang sekitar tahun 1900, kemudian selanjutnya berkembang ke berbagai belahan
dunia. Indonesia sendiri, penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan
tidak diketahui dengan pasti. Diduga, perikanan dengan alat bantu lampu
berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar ke bagian barat
Indonesia.
Cahaya sebagai alat
bantu penangkapan ikan
Pemanfaatan
cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan
upaya nelayan dalam memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan
yang ada di sekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya dalam aktivitas
hidupnya, seperti memijah, mencari makan, dan menghindari serangan ikan besar
atau binatang pemangsa lainnya. Cahaya merupakan faktor utama bagi ikan dalam rangka
mempertahankan hidupnya. Atas dasar pengetahuan tersebut, maka nelayan
menggunakan cahaya buatan unttuk mendorong ikan melakukan aktivitas tertentu.
Secara
umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber
cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah
sumber cahaya).
Ikan-ikan
yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap
datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di
sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar
dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa
berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan.
Namun
demikian, tingkat gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya
bervariasi antar jenis ikan. Perbedaan tersebut secara umum disebabkan karena
perbedaan faktor phylogenetic dan ekologi, selain juga oleh karakteristik fisik
sumber cahaya, khususnya tingkat intensitas dan panjang gelombangnya. Hasil
kajian beberapa peneliti menyebutkan bahwa, tidak semua jenis cahaya dapat
diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki panjang gelombang pada
interval 400 sampai 750 nanometer yang mampu ditangkap oleh mata ikan.
Pemanfaatan cahaya
Pemanfaatan
cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat
fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air, sangat erat
hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut.
Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam
perairan.
Faktor
lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi
(penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya
oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai
hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun
dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut. Dengan
sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan
dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk
mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan
dalam operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon
sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan
untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya.
Untuk
tujuan menarik ikan dalam luasan yang seluas-luasnya, nelayan biasanya
menyalakan lampu yang bercahaya biru pada awal operasi penanggkapannya. Hal ini
disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya
tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak
lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu
mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya.
Setelah
ikan tertarik mendekati cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai
pada jarak jangkauan alat tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya
yang relatif rendah frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada
tahap akhir penangkapan ikan.
Berkebalikan
dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif
panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah yang relatif terbatas.
Sehingga, ikan-ikan yang awalnya berada jauh dari sumber cahaya (kapal), dengan
berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai
dengan daya tembus cahaya merah. Setelah ikan terkumpul di dekat kapal (area
penangkapan alat tangkap), baru kemudian alat tangkap yang sifatnya mengurung
gerombolan ikan seperti purse seine, sero atau lift nets dioperasikan dan
mengurung gerakan ikan. Dengan dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka operasi
penangkapan ikan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
Tantangan
Pemanfaatan
lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak
ditemukan lampu listrik. Sebagian besar nelayan beranggapan bahwa semakin besar
intensitas cahaya yang digunakan maka akan memperbanyak hasil tangkapannya.
Tidak jarang nelayan menggunakan lampu yang relatif banyak jumlahnya dengan
intensitas yang tinggi dalam operasi penangkapannya. Anggapan tersebut tidak
benar, karena masing-masing ikan mempunyai respon terhadap besarnya intensitas
cahaya yang berbeda-beda.
Studi
terhadap besarnya nilai intensitas cahaya yang mampu menarik ikan pada setiap
jenis ikan perlu dilakukan. Hal ini penting, selain agar ikan target tepat
berada dalam area penangkapan, juga untuk menghindari pengurasan ikan tangkapan
dan pemborosan biaya penangkapan. Sebab tidak jarang, dalam operasi penangkapan
ikan dengan alat bantu cahaya ini ikan-ikan yang belum layak ditangkap (belum
memijah) atau bahkan masih juvenile ikut tertangkap sebagai hasil tangkapan
ikan sampingan. Bila ini dilakukan terus-menerus, maka kerusakan sumberdaya
ikan tinggal menunggu waktunya.
Oleh
karena itu, banyak sekali kajian-kajian yang telah dilakukan selalu
merekomendasikan untuk penghapusan alat tangkap yang menggunakan alat bantu
ini. Hal ini disebabkan tingginya tingkat ketidakselektifan alat tangkap yang
menggunakan lampu dalam operasi penangkapan ikan. Merupakan pekerjaan besar
bagi perekayasa alat penangkapan ikan ke depan untuk membuat alat tangkap yang
mampu menseleksi hasil tangkapannya sehingga mengurangi hasil tangkapan
sampingan.
(2)Lampu terdiri dari:
a.lampu
listrik; dan
b.lampu
nonlistrik.
1.
Pengertian
Winch
Winch adalah pesawat
bantu di deck kapal yang berfungsi untuk mengulur dan menarik beban berat yang
tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia. Penggunaannya sangat luas sampai
kapal kecil pun memiliki satu atau lebih winch diatas deck kapal. Menurut
(Hartono, 1988) Derek atau yang lebih lazim disebut dengan winch adalah alat
bantu yang membutuhkan putaran lambat yang digunakan untuk menngangkat atau
mengulur tali tros (tali baja) ataupun jaring pukat udang.
2.
Jenis-jenis
winch serta kelebihandan kekurangannya
Ada beberapa jenis
winch yang ada dikapal dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri, seperti
winch kargo yang digunakan untuk mengangkat dan menurunkan barang atau untuk
menarik ulur tali tros. Di kapal perikanan modern winch juga digunakan untuk
alat bantu penangkapan ikan, seperti line hauler pada kapal long line, winch
penarik jaring purse seine (power block), winch penarik gill net dan winch
penarik jaring trawl pada kapal trawl ikan maupun trawl udang.
Menurut (Traung j.
olof 1975) menyatakan bahwa jenis-jenis winch trawl yang digunakan untuk sebuah
operasi penangkapan ikan dibagi atas dua jenis winch, diantaranya adalah :
·
Electric
winch : ialah winch yang tenaga penggeraknya sebuah motor listrik dengan
perantara kopling serta roda cacing dan dengan pertolongan pemindahan roda gigi
sehingga dapat berputar dan beban pundapat ditarik atau diangkat. Keuntungan
menggunakan winch jenis ini adalah konstruksinya yang sederhana, murah dan dapat dipercaya. Perawatannya serta
perbaikan mudah dan ekonomis. Adapun kerugiannya yaitu tenaga yang dihasilkan
kecil
·
Hydraulic
winch : adalah winch yang menggunakan fluida sebagai tenaga penggeraknya,
fluida yang digunakan berjenis oli. Keuntungan dari jenis ini yaitu, tenaga
yang dihasilkan besar dan dapat bekerja dengan kecepatan beban yang dapat
diatur dengan mudah dan sama sekali tidak rumit. Sedangkan kerugian yang
ditimbulkan adalah konstruksinya yang rumit, tidak ekonomis dan perawatan serta
perbaikan yang sulit.
3.
Tenaga
penggerak winch
Gerakan berputar
winch merupakan hasil perpindahan gerak berputar dari sumber tenaga penggerak.
Adapun sumber penggerak winch yaitu motor listrik, mesin uap, transmisi electro
hidrolic, dan ada juga yang menggunakan mesin diesel. Pada umumnya penggunaan
winch di kapal-kapal perikanan untuk membantu operasi penangkapan, rata-rata menggunakan tenaga
penggerak motor winch berupa tekanan minyak hidrolik.
4.
Komponen
utama winch hidrolik
Suatu
sistem hidrolik pada dasarnya adalah suatu cara memindahkan daya dan sumber
daya ke mesin atau komponen yang dioperasikan. Daya yang sama dapat dipindahkan
ke serana sabuk, poros atau sambungan lainnya. Media yang digunakan untuk
memindahkan daya dalam sistem hidrolik adalah fluida (cairan) yang terdapat
dalam pipa penggerak dan anggota yang digerakkan. Keuntungan utama sistem
hidrolik dibandingkan dengan cara ini adalah cara ini menyediakan mekanisme
yang sederhana untuk memindahkan daya kebagian mesin yang jauh dan dengan mudah
merubah gerak putar dari sumber daya menjadi gerak dalam bentuk lain seperti
gerak bolak-balik dan gerak berputar. Dalam sistem terdapat beberapa komponen
yang bekerja saling mendukung satu sama lainnya
yaitu diantaranya :
·
Penyambung
& pemutus winch : berfungsi untuk menyalurkan tenaga putar yang
ditransferkan langsung dari mesin induk dengan AS mesin induk. Kecepatan
perputaran yang dihasilkan oleh mesin induk sebanding dengan kecepataan putar
dari winch tersebut.
·
Drum
penggulung : berfungsi untuk menggulung dan mengulur tali (warp). Dalam
kapal-kapal pengkapan ikan, drum penggulung ini mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda tergantung dari operasi penangkapannya, sedangkan pda trawl winch
drum penggulung ini biasanya mempunyai ukuran yang besar dan mampu menampung
tali baja dengan kapasitas 2-3 kubik.
·
Kapstan
(gypsi head) : pada trawl winch berfungsi untuk membantu dalam penarikan tali
dalam kapal-kapal ikan khususnya kapal trawl, dan sangat berfungsi dalam
membantu penarikan jaring.
·
Kopling
(handle) : adalah alat yang berfungsi sabagai penghubung atau penerus putaran
dan daya dari poros penggerak keporos yang digerakkan. Kopling dibagi dalam dua
bagian pokok, yaitu kopling tetap dan kopling tidak tetap. Kopling tetap
merupakan komponen yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros
penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti tanpa terjadi slip. Sedangkan
kopling tidak tetap adalah suatu komponen yang menghubungkan poros yang
digerakkan dengan poros pengggerak dan dengan putaran yang sama dalam
meneruskan gaya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun dalam keadaan berputar.
Gambar-gambar winch :
Langganan:
Postingan (Atom)